Dalam kehidupan, manusia memiliki kodrat sebagai makhluk sosial. Untuk menikmati, menjalani, dan memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus berhubungan dengan orang lain. Tentu dipahami, dalam proses tersebut ada potensi konflik atau perselisihan, meskipun ada kalimat bijak yang menyatakan bahwa "1000 teman terasa kurang, 1 musuh terlalu banyak."
Nah, berapa banyak dari kita yang tanpa sadar menanam dan menyemai musuh? Istilah yang ekstrim, musuh! mengingat bisa jadi ketika kita berselisih, kita tidak menyapa, tidak mau menemui, atau menganggap tidak ada, sebuah situasi yang serius bukan.
Sebenarnya ada hal sederhana yang bisa kita lakukan, yaitu memisahkan konteks antara orang dengan persoalannya. Bagaimana maksudnya? Sering kita lakukan ketika memiliki masalah dengan seseorang, kita juga terbawa bahwa kita juga bermasalah dengan suami/istrinya, orang tuanya, kakaknya, adiknya, pakdhenya, budhenya, embahnya, rumit!
Pisahkan orang dengan masalahnya, dasarnya adalah semua orang baik, sebagai makhluk ciptaan Tuhan, setiap manusia diciptakan dalam kondisi terbaik. Jadi pada dasarnya : Orangnya Baik Lo....., cuma kelakuan, sifatnya, perilakunya yang perlu perbaikan, wehehe....
Terasa sulit? Tidak juga, ada sebuah anekdot yang menarik untuk mengilustrasikan hal ini :
Alkisah suatu hari di pesantren, suasana pada pagi hari/subuh. Hawa dingin dan rasa malas biasanya membuat pelupuk mata santri lebih berat dan semakin berat untuk bangun. Melihat situasi tersebut, sang kiyai segera mengambil tindakan. Santri yang tersadar pun segera bangun dan bergegas membangunkan santri di sekitarnya. sang kiyai terus memeriksa, dengan berbekal tongkat rotan, sang kiyai segera menghampiri santri terakhir yang belum bangun juga. Aha, ini dia, pikir sang kiyai. Tongkat pun diangkat dan dipukulkan ke kaki santri.
"Plak...."
Terdengan suara tongkat rotan sang kiyai dengan betis santri......
Kemudian santri yang dipukul lari terbirit-birit, seketika terdengar tawa terbahak-bahak dari sang kiyai dan tawa cekikikan dari santri yang dipukul.
Aneh, dipukul malah tertawa, betul, tertawa lepas...............
Karena setelah memukul, sang kiyai dengan lantang berkata :
"Nah, yang lari terbirit-birit itu santriku, yang kupukul tadi setan yang membuatnya malas bangun shubuh.."
Pisahkan orang dengan masalahnya........
Semoga bermanfaat.
with regards,
Faizal SurpluS MBA
Motivator | Pendiri SurpluS Institute
www.surplusinstitute.com
0 respon:
Posting Komentar