Ada harga yang harus dibayar untuk sebuah kesuksesan, banyak faktor yang berperan atas tercapainya sebuah kesuksesan, mulai dari kreasi, inovasi, ketekunan, dan keyakinan untuk bisa. Mengenai prinsip bisa ini, Rhenald Kasali dalam salah satu tulisannya yang mengupas mengenai trend entrepreneurship di Indonesia menyatakan bahwa salah satu tips dari para entrepreneur muda adalah naluri untuk mencari jawaban “bisa” atau menemukan orang yang “bisa”. Ketika kita membidik sebuah target, akan ada banyak pemikiran yang kita temui, baik secara intrapersonal dalam dialog benak kita, maupun secara interpersonal dengan orang2 di sekitar kita. Ada satu kondisi yang berpotensi disikapi dengan dua pendekatan berbeda. Ketika semua hal terasa lebih sulit, serba berat, serba dipenuhi ketidakpastian, apa yang kita rasakan? Sebuah halangan atau sebuah tantangan?
Ketika melihat kondisi sulit sebagai halangan, naluri kita akan mati, fokus akan terpaku pada masalah. Sebaliknya bila memandang kondisi sulit sebagai sebuah tantangan, kita akan antusias dan terpacu untuk menaklukkan tantangan dan menemukan solusi. Semangat ini yang perlu dikembangkan untuk senantiasa memunculkan pikiran “bisa”, dan melakukan tindakan “bisa”. Meremehkan kemampuan sendiri adalah salah satu gejala yang banyak muncul pada mayoritas kita, sering kita terlalu mudah untuk menyerah, bahkan saat belum melakukan atau mengupayakan apapun, Pikiran kita mengerdilkan potensi yang kita miliki, seperti memasukkan katak dalam tempurung yang begitu kecil, begitu membelenggu.
Budaya barat adalah bisa karena biasa, sejak kecil generasi muda di negara maju dilahirkan dan ditempa dalam sebuah kondisi yang kompetitif. Survival adalah mereka yang menggunakan segala sumberdaya dan melakukan segala yang mungkin dan diperlukan untuk dapat bertahan hidup. Hal ini berbeda dengan budaya timur yang sarat akan nilai, komunikasi simbolik dan pemakluman. Hal ini bagus dalam aplikasi namun tentu kurang dalam hal produktifitas. Jurusnya? Terapkan bisa karena dipaksa. Paksa diri kita dengan target, paksa dengan supervisi dari mentor, paksa dengan latihan yang senantiasa meningkat, dan paksa diri kita dengan kompetitor. Jadilah bisa karena dipaksa, paksa diri kita sendiri, jangan biarkan kemalasan dan kebodohan yang pelan tapi pasti memaksa kita untuk tersingkir dan kalah.
with regards,
Faizal SurpluS MBA
Motivator | Pendiri SurpluS Institute
www.surplusinstitute.com
1 respon:
Setuju bgt mas faizal dg artikelnya...
Spt jurus "The power of kepepet"...
Fauzi
Posting Komentar