Content

Seminar Revolusi Potensi Diri SurpluS Angkatan III

01/04/12 0 respon

Info : Ikuti Seminar

"Revolusi Potensi Diri"

Setelah kesuksesan pelaksanaan angkatan I dan II, kembali digelar!!
Seminar Inspiratif Untuk Mengoptimalkan Potensi Diri Anda Menjadi Pribadi Unggul.

Wajib Diikuti Oleh :
Mahasiswa, Pebisnis, Pencari Kerja, Karyawan, & Ibu Rumah Tangga.

Materi :
1.Level UP POTENSI DIRI
Pembicara : Mr. Syam Machfoedz MC | Jakarta
(Eks. Direktur Marketing Perusahaan Multinasional | Senior Trainer SurpluS Institute
2.Simulasi Pengenalan Potensi Diri
Pembicara : Mr. Faizal Surplus MBA
(Trainer Surplus Institute dg ribuan alumni)
3.Potensi Diri Dalam Sudut Pandang Psikologi
Pembicara : Tim Psikolog SurpluS

Fasilitas :
Seminar Eksklusif,
Sertifikat, Hand out,
Snack,
Perdana Axis,
Voucher Sponsor,
Door Prize

Minggu, 22/04/2012 pukul 08.30 WIB
di Surplus Motivation Institute Lantai 2,
Jalan Raya Tlogomas No. 41
(Barat BRI Kampus III UMM Tlogomas).

*Tiket Rp 50.000 (Harga Normal)
*Tiket Rp 30.000 + Bonus Merchandise (Untuk pembelian sblm tgl 15/04/2012)

(PESERTA TERBATAS) GRATIS ANTAR TIKET.

HUB : Dhany 0856 976 703 64

Baca selengkapnya »

More P for Marketing Boost !

25/08/11 0 respon



Serasa kemarin Saya duduk di bangku kuliah, menyimak pemaparan dosen mengenai sebuah konsep pemasaran yang disebut Marketing Mix. Teorinya menyatakan bahwa marketing mix atau terjemahan bebasnya bauran pemasaran adalah sebuah strategi pemasaran yang memuat banyak huruf P, yakni kuartet 4P yang terdiri dari :

  • Product
  • Price 
  • Place
  • Promotion
Sebuah konsep yang ringkas dan ringan untuk dipahami, yang berakhir di catatan-catatan binder dan fotokopian materi kuliah, hingga pada akhirnya kembali digali setelah Saya memasuki dunia bisnis dan khususnya dunia karir saya di bidang pelatihan motivasi dan peningkatan kualitas SDM di bawah bendera SurpluS.
Dalam sebuah sesi pelatihan, saya diundang oleh rekan saya dari LaundryPlaza untuk menyampaikan materi tentang pemasaran. Acaranya cukup eksklusif, dikemas dalam format seminar sehari di Hotel Gajah Mada Graha Kota Malang. Saya datang sedikit lebih awal, karena sebelumnya mengisi acara yang digelar oleh Lembaga YDSF Kota Malang yang lokasi penyelenggaraannya berdekatan, sehingga saya langsung menuju hotel untuk mempersiapkan diri dan banyak berbincang dengan penyelenggara tentang detail acara yang digelar.
Dalam perbincangan dengan penyelenggara, Saya baru menyadari bahwa si marketing mix yang kita bicarakan di awal kembali muncul disini. Sang penyelenggara acara memaparkan mengenai penerapan marketing mix di bisnis laundry, namun dengan 4+1P, wah, baru lagi ini.
ternyata di bisnis jasa seperti laundry dan beberapa bisnis jasa lain, 4P saja tidak cukup, diperlukan P yang ke-5, yakni person/people. Faktor SDM memegang peran penting, itulah kenapa sang rekan ini mau repot2 mengundang Tim SurpluS untuk khusus menggarap masalah SDM, yakni P yang kelima tersebut.
Kelima P dalam marketing mix ini memegang peranan penting yang sifatnya saling melengkapi, completing one each other. Yang ternyata beberapa waktu berikutnya saya temukan penguat teorinya dalam buku tulisan Ellies Sutrisna tentang pengembangan bisnis yang tidak hanya membahas 5, tapi 7 P! Baru lagi ini.
Berikut 7 P yang dimaksud :
  • People
  • Product
  • Positioning
  • Price
  • Packaging
  • Place
  • Promotion
Semakin lengkap, tentu semakin canggih pula kemasan bisnis dan lesatan untuk pemasaran anda.

with regards,

Faizal SurpluS MBA
 Motivator | Pendiri SurpluS
www.surplusindonesia.com
Baca selengkapnya »

Memulai Sebuah Komunikasi

14/08/11 0 respon
Beberapa tahun yang lalu, salah satu aktifitas Saya sebagai penyiar radio mengharuskan saya bertemu dengan orang-orang baru sebagai narasumber. Bekerja di sebuah radio swasta di kota Malang memberikan sebuah perspektif berbeda mengenai komunikasi dan interaksi dengan orang-orang yang baru saya kenal, atau bahkan tidak saya kenal sebelumnya. Saya menjadi announcer untuk beberapa program talkshow seperti perbankan, pendidikan, motivasi diri dan motivasi bisnis. Saat itu seperti mimpi melakukan interview dengan Anton Apriantono (yang saat itu menjabat Menteri Pertanian) live melalui skype saat beliau berada di Roma, Italia. Sebuah rutinitas yang menarik juga berdiskusi dengan Iman Supriyono (Konsultan strategic finance dan penulis best seller) melalui live telephone setiap senin dari kediaman Beliau di kejawan Putih Hidrodinamika Surabaya, atau secara reguler berbincang hangat dengan para pimpinan perbankan di Malang Raya untuk membahas produk dan layanan yang berkembang.

Setiap momen terasa menyenangkan ketika dijalani dengan antusiasme, tentu dengan berbekal skill dan kompetensi yang dikembangkan. Setiap momen siaran/talkshow sebenarnya adalah sebuah tantangan baru, karena sering terjadi saya belum mendapat kesempatan bertemu atau berbincang dengan narasumber hingga 15 atau 10 menit sebelum on-air, padahal setelah kode on-air dinyalakan, maka saya harus lincah berdiskusi dengan narasumber antara 60 hingga 90 menit.
Bagaimana bila anda dihadapkan pada situasi harus berbincang dengan hangat, akrab, dan mengalir, dengan orang yang baru anda kenal 10-15 menit sebelum mulai berbicara panjang lebar? Kemungkinannya banyak, mulai dari anda yang nervous, narasumber anda yang nervous, keduanya nervous, atau keduanya well-prepared sehingga on-air berlangsung dengan baik.
Saat momen-momen menentukan tersebut, saya ingat jurus yang dibagi oleh Larry King, salah satu host jagoan asal Amerika yang membahas mengenai komunikasi dalam salah satu bukunya, bahwa ternyata menjadi host bukanlah mengenai merancang alur dan mendominasi pembicaraan, menjadi host adalah mendengar, menjadi host adalah membuat lawan komunikasi kita nyaman dan menyampaikan pikiran, ide, atau pengalamannya dengan menarik.
ternyata hal ini tidak hanya bermanfaat untuk host/announcer, jurus ini juga bisa berlaku efektif untuk semua orang! Berapa banyak dari kita yang memiliki rasa penasaran yang sama mengenai : Bagaimana cara yang tepat untuk memulai pembicaraan?
Larry King memberikan sebuah tips yang sederhana nan efektif :

"Berikan pertanyaan yang jawabannya sangat dikuasai oleh lawan bicara anda, dan dia antusias menceritakannya"

Dan Huupla! Kita bisa terapkan ini dalam setiap memulai pembicaraan.
Bagaimana respon orang dengan pertanyaan semacam :

"Bagaimana kisahnya hingga anda meraih kesuksesan bisnis seperti sekarang?"
"Bagaimana ceritanya anda tertarik dan memilih profesi sebagai kontraktor"
"Bagaimana asal mula anda hingga sekarang menjadi pimpinan di perusahaan ini"

Maka kita akan dapatkan jawaban antusias, penuh pengalaman, dan cara bercerita antusias dengan mata berbinar-binar. Selanjutnya? Arah komunikasi bisa kita kendalikan sesuai dengan tujuan kita.
Selamat mencoba.

with regards, 

Faizal SurpluS MBA 
Motivator | Pendiri SurpluS Institute 
Baca selengkapnya »

Bisnis itu : Jalan Dulu atau Mikir Dulu?

13/08/11 0 respon
Beragam seminar/pelatihan bisnis telah Saya ikuti dan Saya isi sebagai pemateri. Situasinya menarik, karena dimanapun digelar, siapapun audiencenya, jam berapapun digelar, dalam pengamatan Saya, ada sebuah kesamaan dalam respon peserta, bahwa ada naluri dasar, minimal keinginan untuk memiliki bisnis sendiri, ya paling tidak bisnis sampingan untuk nambah-nambah penghasilan.
Nah, yang jadi pertanyaan, kenapa ada beragam ide, berbagai rencana, tidak segera dimulai/direalisasikan? Guru bisnis saya memberikan sebuah analogi yang menarik berikut ini :

Apa perbedaan :
  • Mikir -> Jalan
  • Jalan -> Mikir
Otak Saya pun berputar mencari jawab.
Saya mendapatkan statemen yang seolah menjadi tamparan keras di wajah Saya, bahwa semakin tinggi pendidikan, semakin membelenggu kebebasan untuk memulai usaha. Semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi gengsi, semakin baku pemikiran, semakin dalam analisis, semakin resisten akan potensi/resiko kegagalan.

Familiar dengan pernyataan : "Masak Sarjana akhirnya cuman jualan"

Nah, ternyata ini makna yang tersirat dari analogi yang disampaikan oleh Guru Bisnis saya. Dalam bisnis, jangan terlalu banyak mikir, karena semakin banyak mikir, semakin banyak analisis, semakin banyak perancangan, penyusunan rencana, dan analisis resiko, maka dijamin akan semakin banyak faktor penunda, faktor yang membuat ndak jalan-jalan.

"Lalu bagaimana caranya Guru?"
"Jalan saja Le*" (*sapaan familiar Guru kepada Saya)

"Karena ketika kamu sudah mulai dan menjalankan bisnis, tanpa disuruh pun kamu pasti mikir"

Siaaaap !!!

with regards, 

Faizal SurpluS MBA 
Motivator | Pendiri SurpluS Institute 
Baca selengkapnya »

Intan, Anak Kuliahan yang nggak Gengsi Bakulan

07/08/11 0 respon
Nama panggilannya Intan, anak muda yang baru masuk bangku kuliahan. Nama lengkapnya Annisyah Intan Sabrina, ketika tulisan ini dibuat baru saja dapat memastikan diri diterima menjadi mahasiswi di salah satu PTN di Kota Malang. Yang menarik, Intan diterima di PTN setelah mengikuti SNMPTN jalur tulis, meski dia berasal dari SMK. Perjuangannya yang keras dan tak kenal lelah memberikan hasil yang manis. Perjuangan belum berakhir sampai disitu, kita semua tahu biaya masuk di PTN saat ini tidak sedikit.Tanpa gengsi dan sok punya, Si Intan ini mengurus dan mengupayakan agar biaya masuk PTN yang dikenakan padanya benar-benar proporsional.
Intan
Bagaimana bisa saya begitu tahu mengenai proses yang dijalani Intan? Bagaimana tidak, Intan adalah adik saya no 3 dari kami 4 bersaudara.
Pengaruh dan warna dari orang tua memberikan dampak dominan. Latar belakang orang tua sebagai pedagang benar-benar merasuk ke dalam setiap pribadi kami. Kemanapun berada, masing2 kami tidak kaget kala diberi julukan jiwa dagang, karena memang begitulah karakternya.
Kembali ke Intan, dalam keluarga kami, Intan adalah yang pertama menempuh pendidikan di SMK, dan terbukti memang SMK Bisa, dan lulusannya serba bisa. Satu hal yang membuat saya kaget adalah inisiatif dan kemauannya ketika sudah resmi menjadi mahasiswi, Intan ingin mandiri, ingin meneruskan spirit SMK untuk senantiasa memiliki kompetensi. Intan ingin memulai dan memiliki bisnisnya sendiri, dia mulai dari berjualan. Berjualan saat ini tentu berbeda dengan pemahaman mengenai berjualan di masa lalu, berjualan saat ini bisa dimanapun, melalui dunia nyata maupun dunia maya. Intan memilih untuk berjualan dan membangun pondasi kerajaan bisnisnya melalui blog. Intan membuka toko online blog pertamanya, mengumpulkan barangnya, dan memulai transaksi dengan klien2 baru yang sebelumnya tidak dikenalnya. Sukses Intan, kembangkan dirimu, Kamu bisa.
Catatan ini dibuat untuk Annisyah Intan Sabrina.
Blog Toko Online Intan dapat dikunjungi di : www.tokobabeku.wordpress.com


with regards, 

Faizal SurpluS MBA 
Motivator | Pendiri SurpluS Institute 
www.surplusinstitute.com
Baca selengkapnya »

Bisa Karena Dipaksa.

06/08/11 1 respon

Ada harga yang harus dibayar untuk sebuah kesuksesan, banyak faktor yang berperan atas tercapainya sebuah kesuksesan, mulai dari kreasi, inovasi, ketekunan, dan keyakinan untuk bisa. Mengenai prinsip bisa ini, Rhenald Kasali dalam salah satu tulisannya yang mengupas mengenai trend entrepreneurship di Indonesia menyatakan bahwa salah satu tips dari para entrepreneur muda adalah naluri untuk mencari jawaban “bisa” atau menemukan orang yang “bisa”. Ketika kita membidik sebuah target, akan ada banyak pemikiran yang kita temui, baik secara intrapersonal dalam dialog benak kita, maupun secara interpersonal dengan orang2 di sekitar kita. Ada satu kondisi yang berpotensi disikapi dengan dua pendekatan berbeda. Ketika semua hal terasa lebih sulit, serba berat, serba dipenuhi ketidakpastian, apa yang kita rasakan? Sebuah halangan atau sebuah tantangan?

Ketika melihat kondisi sulit sebagai halangan, naluri kita akan mati, fokus akan terpaku pada masalah. Sebaliknya bila memandang kondisi sulit sebagai sebuah tantangan, kita akan antusias dan terpacu untuk menaklukkan tantangan dan menemukan solusi. Semangat ini yang perlu dikembangkan untuk senantiasa memunculkan pikiran “bisa”, dan melakukan tindakan “bisa”. Meremehkan kemampuan sendiri adalah salah satu gejala yang banyak muncul pada mayoritas kita, sering kita terlalu mudah untuk menyerah, bahkan saat belum melakukan atau mengupayakan apapun, Pikiran kita mengerdilkan potensi yang kita miliki, seperti memasukkan katak dalam tempurung yang begitu kecil, begitu membelenggu.
Budaya barat adalah bisa karena biasa, sejak kecil generasi muda di negara maju dilahirkan dan ditempa dalam sebuah kondisi yang kompetitif. Survival adalah mereka yang menggunakan segala sumberdaya dan melakukan segala yang mungkin dan diperlukan untuk dapat bertahan hidup. Hal ini berbeda dengan budaya timur yang sarat akan nilai, komunikasi simbolik dan pemakluman. Hal ini bagus dalam aplikasi namun tentu kurang dalam hal produktifitas. Jurusnya? Terapkan bisa karena dipaksa. Paksa diri kita dengan target, paksa dengan supervisi dari mentor, paksa dengan latihan yang senantiasa meningkat, dan paksa diri kita dengan kompetitor. Jadilah bisa karena dipaksa, paksa diri kita sendiri, jangan biarkan kemalasan dan kebodohan yang pelan tapi pasti memaksa kita untuk tersingkir dan kalah.

with regards,

Faizal SurpluS MBA
Motivator | Pendiri SurpluS Institute
www.surplusinstitute.com
Baca selengkapnya »

Lakukan Saja!

03/08/11 0 respon

Saya dilahirkan di kota kecil Jombang, sebuah kota yang berjarak sekitar 2 jam perjalanan dari Surabaya sebagai Ibu Kota Propinsi Jawa Timur. Dengan latar belakang orang tua sebagai pedagang kaki lima di salah satu pasar tradisional, kesempatan menikmati pendidikan hingga bangku SMA saja sudah merupakan sebuah anugerah luar biasa. Rasa syukur itu semakin bertambah ketika menapak bangku kuliah, dengan segala doa, upaya dan kerja keras dari orang tua, gelar sarjana pun dapat diraih dari salah satu PTN bonafid di Kota Malang. Dengan orang tua bekerja di sektor informal, 4 anak dengan usia yang berdekatan, hal ini terdengar mustahil, namun faktanya semua bisa diraih, jurusnya : Lakukan Saja!


Setelah menjalani rangkaian proses tersebut, saya sadari ada sebuah pelajaran besar yang tidak hanya saya ketahui, tapi juga sekaligus saya lakukan. Tidak ada kata yang lebih tepat selain kata “melakukan”, sebuah kata kerja yang memberikan pembeda antara keinginan dengan pencapaian. Sebuah hikmah saya petik dari keberanian untuk mengambil keputusan dari keadaan, dan melakukan tindakan untuk mencapai tujuan, bukan Cuma memikirkan dan berangan-angan. Berapa banyak dari kita yang belum mau bergerak dan melakukan sebelum mencapai kondisi ideal? Berapa banyak dari kita yang menunda untuk melanjutkan studi, menunda untuk menikah, menunda untuk punya anak, menunda memulai langkah meraih apa yang kita impikan? Berapa banyak dari kita yang menunggu keadaan ideal, menunggu memiliki semua perangkat, menunggu semua cara tersaji sebelum melakukan sesuatu? Mari kita jujur pada diri sendiri, adakah kondisi seperti itu?
Lepaskan semua belenggu tersebut, Linkin Park bilang “let it go....” dalam lagunya yang berjudul Iridescent, jangan biarkan pikiran-pikiran tersebut membuat kita tidak melakukan apapun. Proses yang saya alami memberi saya pelajaran yang berbeda, karena justru dengan memutuskan untuk melakukan sesuatu, cara demi cara akan bermunculan sepanjang perjalanan, bukan tersaji lengkap di awal perjalanan. Seperti analogi perjalanan sebuah bus antar kota di malam hari, sang sopir cukup tentukan tujuannya, bus akan mengarah kemana, pastikan benar, dan bus berangkat. Sang sopir sangat yakin dalam perjalanannya meski lampu bus hanya mampu menyorot beberapa meter ke depan kendaraan, karena tentu tidak akan ada lampu yang mampu menyorot dari kota keberangkatan langsung hingga ke kota tujuan. Bus dan lampunya akan menemukan/melihat jalan di depannya setelah bergerak maju, semakin maju dan semakin cepat gerakan, maka semakin cepat pula jalan di depannya terlihat, semakin cepat pula tujuan dicapai.
Lebih baik banyak salah karena banyak melakukan, daripada tidak pernah salah karena tidak pernah melakukan apa-apa, Lakukan Saja!


with regards,

Faizal SurpluS MBA
Motivator | Pendiri SurpluS Institute
www.surplusinstitute.com
Baca selengkapnya »

Kekurangan yang Memajukan

0 respon

Apa yang terpikir ketika orang membahas kekurangan kita, menasehati mengenai kekurangan kita, memberi penekanan dan perhatian terhadap kekurangan kita? Rasa tidak nyaman, tersinggung, atau justru perasaan minder yang mengemuka? Mayoritas orang kita menunjukkan respon serupa.

“Kamu itu orangnya amburadul, kurang persiapan, orang jawa bilang grusa-grusu

Kalimat itu meluncur ringan dan lugas, dan mendapat komentar semacam itu, tentu saja mekanisme self-correction kita segera bekerja, dengan tentu saja secara naluri muncul bantahan, argumen, penolakan, dan pertahanan diri. Perlawanan dan serangan balik segera disiapkan, namun sejenak hentikan dulu segala bentuk respon konyol tersebut, kita endapkan sejenak, apa benar begitu?
Berapa banyak dari kita yang suka mendapat pujian? “Kamu tampan/cantik, kamu baik, kamu orangnya jujur, kamu selalu rapi, kamu penolong.” Enak didengar dan nikmat dirasa? Wajah kita pun segera bersemu kemerahan, hidung mekar dan kembang kempis, kita tersenyum tersipu-sipu, lumrah saja, mayoritas orang kita akan menunjukkan respon serupa. Sebaliknya, bagaimana respon kita saat mendapat masukan : “Kamu itu ceroboh, kamu pemalas, kamu sombong, penampilanmu jelek” dan berbagai masukan lain yang menunjukkan kekurangan kita.
Normalnya kita lebih nyaman dengan pujian. Perkataan yang enak didengar lebih kita dengar dan perhatikan, namun faktanya, justru kritikan yang meningkatkan kualitas diri kita, membuat kita lebih korektif, membuat kita lebih lengkap, lebih baik. Logikanya, pujian akan menyampaikan sisi yang sudah baik dari diri kita, menyatakan sesuatu yang sudah ideal, terus apa yang mau kita lakukakan? Maksimal kita hanya akan mempertahankan itu, sisanya biarkan saja, toh tentunya kita sudah sadar dan umumnya mengetahui kelebihan yang ada dalam diri kita. Bagaimana menyikapi pujian? Cukup ucapkan terimakasih, jangan biarkan dan jangan beri kesempatan pujian membuat kita lemah, orang jawa bilang gembagus, yang berpotensi melemahkan kita bila tidak ada pujian yang kita terima.
Berikan perhatian lebih pada kritikan. Kemauan mendengar dan hati yang luas terhadap kritikan memberikan kita kesempatan untuk mengetahui sisi yang kurang dari diri kita, kritikan membuka mata kita mengenai apa yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan dari diri kita. Munculkan sikap bijak terhadap kritikan, tempatkan kritikan sebagai cambuk untuk perubahan ke arah yang lebih baik, jangan menjadi cengeng, kritikan bukanlah pembenar agar kita menjadi lemah, minder, malu, atau menyerah. Kritikan adalah bentuk kepedulian dari rekan kita, kritikan adalah pernyataan konstruktif yang bisa mengangkat derajat kita.
Jadikan kritikan sebagai titik evaluasi dan semangat untuk menjadi lebih hebat dan lebih bermanfaat bagi orang lain. Faktanya, tidak ada manusia yang sempurna, karena ketika kita menemukan satu kekurangan dan kita tangani kekurangan itu, kita tidak menjadi sempurna, namun kita akan menemukan kekurangan di level berikutnya, kita akan naik kelas, semakin tinggi dan lebih tinggi lagi. Nikmati pola pikir baru yang lebih positif terhadap kritikan, Bergembiralah menyadari kekurangan dan sikapilah dengan respon yang memajukan.



with regards,

Faizal SurpluS MBA
Motivator | Pendiri SurpluS Institute
www.surplusinstitute.com
Baca selengkapnya »